About this blog

Selasa, 26 Mei 2009

Tujuan Hidup

Jumlah manusia di dunia ini sungguh banyak. Miliaran orang menghembuskan nafasnya setiap hari. Tapi, apakah kita semua sudah menentukan apa tujuan hidup kita? Sudah kita pastikan untuk apa kita bernafas setiap hari? 

Jangan-jangan kita hidup hanya untuk menghabiskan umur yang diberikan Tuhan saja. Bagaimana dengan anda? Anda sudah tentukan tujuan hidup anda? Syukurlah kalau sudah.

Dan, saya berdoa semoga tujuan anda tercapai.Kata orang tua, hidup di dunia itu cuma sebentar. Saking sebentarnya, ibarat orang mampir minum.
Sayang kalau waktu yang cuma sebentar ini tak berarti.


Tapi, tak semua orang bisa dengan mudah menentukan apa yang ia tuju dalam hidupnya. Kita semua mesti melalui perjalanan yang panjang.
Dan, mungkin berliku-liku. Baru kita menemukan apa sebenarnya yang kita cari dalam umur yang pendek ini.
Tujuan hidup bukan ambisi, tapi lebih pada sebuah jati diri.
Ketika anda sudah menentukan apa yang anda tuju, ya itulah diri anda. 

Untuk hal itulah anda hidup.

Senin, 25 Mei 2009

The Power Of Giving

"Kekuatan Dalam Memberi"
Saya terinspirasi dengan tulisan Subandono di Blognya mengenai The Power of Giving.  Sebenarnya sudah lama sekali saya ingin menulis pengalaman saya mengenai The Power Of Giving.  Atau memberi.  Dibalik kekatan dalam memberi. 
Teman sekerjaku Wei, selalu memberikan Angpau setiap tahun, pada saat hari Raya Imlek tiba.  Dan anak-anakku selalu ingat bahwa apabila hari raya Imlek tiba, mereka akan mendapat amplop kecil berwarna merah dengan gambar-gambar yang lucu-lucu.  Bukan hanya Wei, teman kerjaku yang memberikan Angpau, tetapi mama Wei, tante Soe Ing, tidak pernah lupa menitipkan Angpau untuk anak-anakku setiap tahun.  Dan yang lebih dasyat isinya meningkat dari tahun ke tahun. Kadang-kadang malu juga.  Aku ngak pernah ngasih apa-apa dalam bentuk uang buat temanku ini, tetapi setiap tahun dia selalu memberi untuk anak-anakku.  Dan anak-anak juga sangat excited menunggu amplop angpau dari aunty Wei Wei.  Dan Wei, selalu membuat bungkusan-bungkusan kecil yang akan dia bagikan kepada pengemis di pinggir jalan setiap kali dia ada rejeki.  Teman yang satu ini sangat ringan tangan sekali dalam memberi.  Alhasil, suaminya secara financial meningkat dalam tahun ke tahun.  Soalnya dari mulai sebelum married, dari mulai baru berumah tangga kami sering sharing mengenai financial.  Hasilnya luar biasa.  Rejeki datang aja tuh, sautu kali Wei katakan.  "Kalau memberi banyak rejeki"

Kaum Muslim, menyisihkan penghasilannya 2.5% untuk amal sesuai dikatakan Subandono dalam blognya.  

Kaum Nasrani di dalam Kitabnya diajarkan untuk memberi 10% dari penghasilannya untuk perpuluhan seperti kata suatu buku  Maleaki "Bawalah seluruh persembahan persepuluhan dan persembahan kedalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumahku, dan ujilah akan Aku, firman Tuhan semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan"  Tetapi sebelumnya suatu kutipan menyatakan "Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus"  

Penulis mempraktekkan akan hebatnya giving atau memberi. Berdasarkan ayat tersebut, penulis mempraktekkan akan hebatnya the power of giving.  Kekuatan dalam memberi. Keluarga kami, menyisihkan 10% penghasilan untuk perpuluhan dan 10% untuk persembahan terpadu dan 5% untuk persembahan lepas.  5% ini, bagikan kepada 3 orang anak kami untuk memberi persembahan dan juga aku dan suamiku.  Kami sisihkan 5% persembahan lepas setiap perbaktian, untuk melatih mereka sejak kecil menjadi suka memberi.  Hasilnya!  Bertahun-tahun, kami hidup hanya dengan 75% total pendapatan kami.  Masih ada pengeluaran lain yang tidak regular seperti, kalau ada yang harus dibantu atau saudara-saudara yang datang dari kampung dan lain-lain.

Walau kami hidup hanya dengan 75% dari pendapatan, kami tetap tercukupi.  Tidak berkekurangan dan juga pernah kehabisan, tetapi cukup.  Kebutuhan sandang pangan tercukupi.  Bahkan hampir setiap tahun kami pergi berlibur atau holiday.  Walaupun holiday kami hanya sekitar Indonesia atau sekitar Asia dengan "traveling budget holiday".  Kami sekeluarga tetap merasa gembira, tetap bisa berlibur dengan paket hemat bersama anak-anak.  Away dari rutinitas setiap hari.

The power of giving yang menginspirasiku, lainnya adalah, David, adik bungsu penulis mendatangkan 18 orang saudara-saudara sekandung ibu dan bapak penulis untuk mengahadiri upacara pernikahannya.  Semua mereka naik pesawat pulang pergi walau hanya naik Air Asia.  Semua saudara-saudara yang datang senang sekali.  Menghadiri pesta pernikahan terakhir dari anak-anak orang kami.  Sebelum mereka semua pulang, semua kami enam bersaudara memberikan amplop untuk uang "jajan atau aqua", untuk setiap anggota keluarga yang datang dari Sumatra. Kekuatan the power of giving memberikan kebahagiaan bagi yang menerima dan memberi.  Upacara Pernikahan layaknya Reuni bagi orang tua kami.

"The power of giving", lain yang menginspirasi penulis adalah sewaktu, adikku, Evelyne, mengisi setiap amplop yang lumayan jumlahnya, yang akan diberikan kepada para tamu-tamu kami yang nota bene adalah saudara sekandung bapak dan ibu kami yang datang menghadiri upacara pernikahan adikku. Sesuai kesepakatan kami berenam kakak beradik kita akan memberikan kepada masing-masing mereka sesuai dengan kemapuan kita untuk "uang jajan aatau beli aqua".  Pada saat dia memasukkan aku melihat, matanya dan wajahnya tanpa beban.  Dan sangat gembira sekali!  Padahal, saat itu dia hanya berkerja "part time".  Dalam hatiku "dia saja yang bekerja partime, bisa memberi dengan senang, apalagi aku".... Dengan gembira besoknya aku mengisi tiap amplop pemberian bagi keluarga kami, dengan jumlah yang menurutku "dia saja memberi tanpa beban dan lumayan besar, apalagi aku yang bekerja permanen".  Sudah pasti Aku dapat memberi.  Akhirnya aku menambahkan dari jumlah yang aku rencanakan".  My sister Eveline, benar-benar mengispirasiku, dalam memberi.  Dia memberikan pelajaran berharga bagiku.  Walau aku hanya menggunakan 75% dari total pendapan bulanan kami, bukan berarti kami berhenti dalam memberi. Teman-teman tau, my sister Evelyne, dia kerja hanya "part time", tetapi dia tidak pernah kekurangan.  Percaya tidak?  Bahkan dia melahirkan caesar anak ketiga,  Miracle khan!..Buktikan sendiri. The power of giving.

Agar mendapat berkat berkelimpahan harus belajar memberi dengan kelimpahan sesuai dengan porsi penghasilan kita.  Agar jangan menjadi laut mati.  Yang maunya menerima dan menerima tanpa mau memberi.
The power of giving, kekuatan dalam memberi, kita merasa puas setiap kali memberi.  
Hal ini aku rasakan, setiap kali setelah memberikan 20% penghasilan setiap bulan didalam amplop, perasaanku selalu nyaman.  Tanpa beban hari esok.  Tidak ada kekhawatiran dalam diriku.  Semua berjalan lancar-lancar aja!  Karena menurutku, semua isi muka bumi ini bukan kita yang punya.  Kita hanya diberi kesempatan mengelolanya.   Dalam kesempatan mengelola jangan menjadi seperti pemilik.  Kita bukan pemilik tetapi pengelola.
Indah sekali sekali dalam memberi.  Mempunyai kepuasan dan berkat yang makin berlimpah.  Mau buktikan?  Coba buktikan sendiri.  Sekarang!
Aku amat-amati semakin orang perhitungan dalam memberi alias pelit semakin banyak pengeluaran yang dikeluarkan.  Semisal, anaknya sakit melulu, kemalingan, keluarga yang membutuhkan pertolongan, tidak bahagia unhappines atau kayaknya ngoyo banget nyari uang tapi ngak ke kumpul-kumpul.

The power of giving, indah rasanya memberi dan mengembalikan kepunyaanNya.
Nikmati, Rasakan dan Hayati Tindakan betapa Dahsyat efek dari
"The Power Of Giving "

Senin, 18 Mei 2009

ORANG YANG MENARIK

Berhimpunlah juga kepadanya setiap orang yang dalam kesukaran, 
setiap orang yang dikejar-kejar tukang piutang, setiap orang yang sakit hati, maka ia menjadi pemimpin mereka. Bersama-sama dengan dia 
ada kira-kira empat ratus orang. 1 Samuel 22:2

Kamus menggambarkan orang yang menarik sebagai "menyenangkan, menarik, berkuasa menarik perhatian orang lain". Daya tarik adalah jauh lebih dalam dari penampilan lahiriah kita. Kita semua telah kenal dengan orang-orang yang memiliki kepribadian seperti ular. Mereka biasanya kasar, egois, dangkal, atau seluruhnya. Pada mulanya mungkin mereka menarik perhatian kita karena penampilan lahiriahnya, namun kita akan segera menyingkir karena kepribadiannya.

Daud adalah pemuda yang cakap, namun bukan itulah yang menarik perhatian orang kepadanya. Ia memiliki banyak teman sepergaulan yang dekat dan setia kepadanya karena kepribadiannya. Ia adalah seperti magnit bagi orang-orang yang terluka karena ia memahami situasi mereka. ia telah diperlakukan dengan tidak baik dan cukup menjadi korban salah paham sehingga ia dapat bersimpati kepada orang lain. Ia baik hati dan penuh pertimbangan terhadap orang lain, jadi mereka suka berada di dekatnya. Ratusan orang mengikuti kepemimpinannya dengan rela karena mereka tahu ia peduli kepada mereka. Jelaslah bahwa Daud bisa saja seburuk rupa seperti sekaleng cacing, namun ia akan tetap menarik banyak orang.

Apakah Anda memiliki kepribadian seperti Daud? Apakah orang tahu bahwa jika mereka sedang terluka, Anda akan mendengarkan mereka dan bersimpati kepada mereka? Atau apakah Anda tanpa sadar memberikan kesan bahwa Anda hanya ada waktu bagi mereka yang dapat menolong Anda? Jika selama ini Anda lebih menjadi penerima dari pada pemberi, mintalah agar Allah melunakkan hati Anda dan menyadarkan Anda akan cara-cara menjadi teman bagi seseorang hari ini. Pasti Anda akan mendapatkan berkat dalam prosesnya!

Keterampilan

KETERAMPILAN

Lalu jawab salah seorang hamba itu, katanya: "Sesungguhnya, aku telah melihat salah seorang anak laki-laki Isai, orang Betlehem itu, yang pandai main kecapi. Ia seorang pahlawan yang gagah perkasa, seorang prajurit, yang pandai bicara, elok perawakannya; dan TUHAN menyertai dia." 1 Samuel 16:18

Dalam banyak hal, kita hidup di zaman prestasi yang biasa-biasa. Kita hanya melakukan apa yang harus kita lakukan untuk hidup. Kita berusaha mendapatkan sebanyak mungkin dengan sedikit mungkin upaya. Itulah sebabnya mengapa lotere dan undian itu sangat populer dan mengapa judi itu menjadi masalah sosial yang semakin berkembang. Di zaman ini, sikap yang menonjol di masyarakat adalah, "Beri aku yang gratis, atau setidaknya tunjukkan jalan pintasnya!". Alkitab memperingatkan kita untuk tidak bersikap seperti itu.

Ketika Raja Saul mencari seseorang yang dapat memainkan alat musik, tidak semua orang memenuhi syarat. Ia mencari seseorang yang terampil, seseorang yang telah latihan dan menyempurnakan kemampuannya. Ia menemukan Daud. Daud terpilih karena dapat melakukan berbagai hal dengan baik. Belakangan, Salomo, putera Daud, menulis Amsal yang menegaskan hal ini: Pernakah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Di hadapan raja-raja ia akan berdiri, bukan di hadapan orang-orang yang hina (Amsal 22:29, NASB)

Ketika masih muda, Anda memiliki kesempatan-kesempatan luar biasa di depan Anda. Anda dapat memilih untuk menjadi terampil dalam banyak bidang kehidupan. Anda dapat bekerja keras untuk mengembangkan kemampuan atletik atau musik Anda. Anda dapat belajar giat dan membuat kontribusi yang berarti ke dunia kedokteran, hukum, atau perekayasaan. Anda dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan keterampilan sehingga begitu banyak pintu yang akan terbuka bagi Anda di masa depan.

Ada muda-mudi yang menerima tantangan untuk mengerahkan segala kemampuannya dan membuat perbedaan di dunia. Yang lain memperhitungkan untung ruginya. Mereka lebih suka memilih jalan yang lebih mudah, yang lebih singkat. Mereka puas dengan prestasi yang biasa-biasa saja. Janganlah menjadi salah seorang yang mencari jalan mudah. Bekerja keraslah. Kerahkan segala kemampuan. Manfaatkanlah berbagai kesempatan yang diberikan Allah kepada Anda untuk mencapai yang terbaik. Anda akan menghormati Allah dengan upaya Anda, dan Ia akan memberkati Anda karenanya.

Berkata Sejujurnya

BERKATA SEJUJURNYA

Tetapi yang terutama, saudara-saudara, janganlah kamu bersumpah demi sorga maupun demi bumi atau demi sesuatu yang lain. Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, supaya kamu jangan kena hukuman. Yakobus 5:12

Seberapa jauhkah Anda dapat diandalkan? Ketika Anda berjanji, apakah orang lain mempercayainya? Ketika Anda bersumpah, apakah teman-teman Anda menganggapnya serius, atau dengan tertawa meremahkan kata-kata Anda sebagai satu lagi janji kosong? Kata-kata Anda merupakan indikator utama dari karakter Anda. Jika orang tidak selalu menganggap kata-kata Anda serius, Anda mungkin memiliki karakter yang tak dapat dipercaya.
Di zaman Yakobus, sama seperti di zaman kita, orang ingin dihargai. Ketika orang-orang ini memberikan pandangannya, mereka suka buru-buru menambahkan, "sumpah demi sorga, memang demikian kok!" atau yang sejenisnya. Di zaman sekarang, bisa saja seseorang berkata, "Allah itu saksiku..." Mereka pikir bahwa jika mereka membawa-bawa sorga, atau Allah, sebagai saksi mereka, kata-kata mereka akan dapat lebih dipercaya.

Yakobus mengatakan bahwa kata-kata Anda seharusnya cukup. Jika Anda harus mendukung perkataan Anda dengan saksi, maka kata-kata Anda itu tidka terlalu berharga. Seberapa seriuskah orang menganggap Anda ketika Anda memberitahukan sesuatu? Apakah hidup Anda mendukung apa yang Anda ucapkan? Apakah Alkitab mendukung Anda? Anda tidak perlu bersumpah apapun jika secara konsisten Anda selalu mengatakan yang sebenarnya. 

Jika Anda selalu memegang kata-kata Anda, orang akan belajar mempercayai Anda. Sebaliknya, jika Anda membuat janji namun kemudian lupa menepatinya, Anda mungkin perlu membangun kembali reputasi Anda.

Akuilah Dosa

AKUILAH DOSA-DOSA ANDA

Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya. Yakobus 5:16

Salah satu hal paling sehat yang dapat diperbuat umat Kristiani adalah mengakui dosa-dosanya kepada Allah dan sesama orang beriman. Kita semua berdosa. Jika kita bersikap seolah-olah kita tidak pernah berdosa, kita bukannya menipu orang lain melainkan diri sendiri. Ketika kita berdosa kepada Allah, Ia ingin kita mengakui kesalahan kita dan mencari pengampunan-Nya. Ketika kita bersalah terhadap seseorang, adalah bodoh untuk berpura-pura itu tidak pernah terjadi. Yakobus mendesak kita untuk pergi kepada orang tersebut dan berusaha memulihkan hubungan yang retak. Dosa yang tidak dituntaskan tidak akan pergi dengan sendirinya. Hingga kita mengakuinya, dosa akan menetap dengan kita dan memakan jiwa kita. Mengkui dosa kita adalah awal kesembuhan.

Tidaklah selalu mudah untuk mengakui dosa, namun ketika kita melakukannya, kesembuhan akan terjadi yang membuat pengakuan dosa itu layak. Kesembuhan itu dimulai di dalam hati kita, ketika beban yang berat terangkat. Lalu kita bebas mendekati Alah dengan hati yang bersih, dan hubungan itu tumbuh semakin kuat. Sekalipun orang yang telah kita rugikan menolak untuk mengampuni kita, kita bebas dari rasa bersalah karena dosa yang belum diakui, yang membebani kita.

Tentunya, tanggung jawab kita tidaklah berakhir hanya dengan pengakuan. Langkah berikutnya adalah mengubah prilaku dosa kita. Kita harus belajar dari kesalahan kita dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak pernah melakukan dosa itu lagi. Jika seseorang masih mendendam terhadap kita, kita harus terus berusaha untuk memperbaiki hubungan yang retak itu. Namun semuanya itu dimulai dengan pengakuan dan doa.

Raksasa

RAKSASA
Tetapi Daud berkata kepada orang Filistin itu: "Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kau tantang itu. 1 Samuel 17:45  

Bayangkan Anda anggota pasukan bangsa Israel pada hari Daud yang masih muda itu tiba untuk menantang raksasa Filistin itu. Anda pasti menganggap bahwa Daud sungguh bodoh untuk menantang monster menakutkan itu tanpa perlengkapan senjata dan hanya bersenjatakan sebuah ketepel. Pasti pertempurannya singkat! Daud tidaklah senaif seperti pikiran semua orang. Iapun tidak buta. Ia dapat melihat Goliat tinggi besar melebihi rata-rata prajurit yang lainnya. Bahkan dari jauhpun, ia sudah dapat melihat persenjataan musuhnya yang luar biasa itu -- pedang, tombak, dan lembing. Ia melihat betapa besarnya perisai raksasa itu. Namun Daud dapat melihat hal-hal lain yang dilewatkan orang banyak. Ia dapat melihat kekuatan Allah, yang jauh lebih unggul dibandingkan dengan raksasa manapun atau persenjataannya. Sungguh menarik bahwa bahkan Daud sendiri tidak menyangka betapa cepatnya Allah memberinya kemenangan. Ia mengambil lima buah batu untuk dibidikkannya kepada Goliat; Allah hanya memakai satu diantaranya.  

Bagi anda, raksasa adalah apapun yang sedang anda hadapi, yang nampaknya di luar kuasa Anda. Mungkin saja itu adalah pembayaran uang kuliah, penyakit, atau hubungan retak yang perlu Anda perbaiki. Raksasa apakah yang sedang Anda hadapi sekarang? Apakah tampaknya tak terkalahkan? Jangan menyepelekan betapa berkuasanya Allah! Jika Anda mau percaya kepadaNya, seperti Daud mempercayaiNya, akan anda lihat bahwa Allah itu jauh lebih berkuasa dari raksasa apapun yang anda hadapi.

Kamis, 07 Mei 2009

Manusia Biasa Seperti Kita

MANUSIA BIASA SEPERTI KITA

Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan. Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumipun mengeluarkan buahnya. Yakobus 5:17-18

Terkadang kita tergoda untuk berpikir, seandainya saja aku adalah raksasa rohani, seperti pendetaku, atau nenekku, atau orang-orang yang dikisahkan dalam Alkitab, maka doa-doaku pasti dijawab seperti doa-doa mereka! Kita berasumsi bahwa kita ini terlalu biasa untuk dapat melihat hal-hal luar biasa terjadi ketika kita berdoa. Yakobus memberikan tantangan yang telak terhadap cara berpikir seperti itu. Dengan mengacu kepada Elia, orang yang menyaksikan Allah mengadakan berbagai mukjizat luar biasa. Ia juga memiliki rasa takut, keraguan, serta suasana hati yang berubah-ubah seperti kita. Ada saatnya ketika ia berdiri tegak dengan berani demi Allah, dan ada saatnya ketika ia lari dan bersembunyi, takut setengan mati! Namun, terlepas dari kelemahan-kelemahan Elia, Allah memilih untuk menjawab doa-doanya dengan segera yang ajaib, yang spektakuler.

Elia bukanlah orang kudus super. ia tidak memiliki kemampuan gaib untuk mempercayai Allah atau untuk mengadakan mukjizat-mukjizatnya. Ia adalah manusia biasa, seperti kita, yang berdoa agar kehendak Allah terjadi di mana ia berada, dan terjadilah. Kuasanya bukanlah milik Elia, melainkan milik Allah

Siapapun dapat memiliki iman. Iman tidaklah didasarkan pada intelijensi atau kemampuan, melainkan pada kesediaan kita untuk mempercayai apa yang dikatakan Allah. Iman adalah menerima bahwa janji-janji Allah dalam Alkitab itu benar. Iman adalah mengasumsikan bahwa Allah dapat melakukan apapun yang diinginkan-Nya. Anda dapat mempercayai Allah seperti halnya Elia mempercayai Allah. Anda dapat menyaksikan Allah melakukan hal-hal besar lewat doa-doa Anda. Janganlah takut untuk mempercayai Allah, kalau-kalau Ia tidak menjawab doa-doa manusia biasa. Ketika Anda berdoa menurut kehendak-Nya, segala yang biasa akan menjadi luar biasa.